Kemiskinan Kaum Petani Desa


MAKALAH
SOSIOLOGI PEDESAAN

Kemiskinan Kaum Petani Desa Di  Desa Sidomojo Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur

...

Oleh:
Yovi Dwi Kurniawan

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI
2018


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Membahas mengenai kemiskinan tidak akan habis permasalahannya, mulai dari upaya meninimalisir kemiskinan, program-program pemerintahan untuk memberdayakan masyarakat dibawah garis kemiskinan, dan lain sebagainnya. Salah satu indikator seseorang dikatakan miskin yaitu jumlah pengeluarannya yang tidak sebanding dengan pendapatan. Dan paling umum kemiskinan terjadi pada masyarakat desa yang sebagian besar berkerja sebagai petani. Meskipun juga tak jarang kita jumpai masyarakat miskin di perkotaan. Wilayah pedesaan yang masih terdapat banyak lahan persawahan membuat sebagian besar masyarakat desa berprofesi sebagai petani. Namun dengan banyaknya lahan persawahan tidak membuat para petani terbebas dari permasalahan kemiskinan. Banyak faktor yang membuat petani terbelenggu sehingga tak mampu terlepas dari jerat kemiskinan, atau bisa kita sebut petani tersebut sebagai petani subsisten.
Menurut Tawney, masyarakat tani subsisten di ibaratkan berada pada sebuah daerah dengan genangan air setinggi leher, jadi ombak kecil saja sudah cukup untuk menenggelamkannya. Perumpamaan Tawney tersebut menggambarkan bagaimana kondisi petani yang sangat miris. Jadi semisal terjadi menurunan harga padi atau sesuatu terjadi pada tuan tanahnya/patronnya hal tersebut akan sangat mempengaruhi petani subsisten khususnya perekonomian mereka. Hal tersebut memengaruhi mentalitas petani yang cenderung tak mau menggambil resiko yang dapat mengancam kestabilan perekonomiannya.
Banyak upaya yang dilakukan untuk dapat membantu petani subsisten, baik oleh kebijakan pemerintah, pemberdayaan yang dilakukan Perguruan Tinggi ataupun oleh LSM. Upaya yang dilakukan pemerintahan antara lain seperti Raskin, Jamkesmas, BLT, dan lain sebagainya. Sedangkan upaya pemberdayaan yang dilakukan perguruan tinggi maupun LSM antara lain seperti pemberdayaan ibu-ibu tani dalam kerajinan, penyuluhan teknologi pertanian kepada para petani, dan lain sebagainya.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana upaya pembangunan untuk petani Desa Sidomojo yang berada dibawah garis kemiskinan ?

1.3.Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana upaya pembangunan untuk petani Desa Sidomojo yang berada dibawah garis kemiskinan.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.      Kemiskinan Masyarakat Desa
Indonesia dengan permasalahan kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2012 menunjukkan jumlah penduduk miskin adalah 28,59 juta orang atau sekitar 11,66% dan kebanyakan ditemukan didaerah pedesaan (Harianto, 2014:182). Pembangunan negara yang mengacul pada model industrialisasi membuat negara terfokus pada kebutuhan pasar, sehingga cenderung hanya untuk melayani kelompok elit birokrasi di perkotaan (Sadewo, dkk, 2018:59-60). Hal tersebut membuat industrialisasi di perkotaan meningkat dengan pesat, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan industrialisasi di pedesaan. Akhirnya banyak dari masyarakat pedesaan yang berpindah dari desa ke kota untuk membuat kehidupannya lebih baik lagi.
            Menurut teori pembangunan yang dipahami oleh Adam Smith (1723-1790) dalam teori pertumbuhan ekonomi, setiap orang memiliki dorongan untuk memakmurkan dirinya, keluarga dan masyarakat dengan mengejar keuntungan. Dorongan tersebut menghasilkan apa yang kita sebut dengan hukum penawaran dan permintaan. Dalam artin lain, tanpa adanya negara yang ikut campur, masyarakat akan tumbuh sejahtera. Pendapat berlainan menurut Karl Marx (1818-1883) melihat dorongan yang dimaksud Adam Smith tersebut tidak lebih dari keserakahan manusia yang diikuti oleh penindasan manusia lainnya yang tak berdaya. Hingga menurut John Maynard Keynes (1883-1946) negara harus ikut campur dalam permasalahan perekonomian masyarakat untuk mengatur pasar industri (Sadewo, dkk, 2012:16).

2.2.      Petani Desa Sidomojo
            Studi kasus yang peneliti ambil dari petani pedesaan di desa sidomojo, kecamatan krian, kabupaten sidoarjo, dimana para petani desa tergolong petani yang tertutup akan inovasi terbaru. Teknologi terbaru yang mereka gunakan masih menggunakan, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Malahan tak jarang mereka membajak sawah mereka dengan mencangkulnya. Tak heran jika jumlah petani yang ada di desa sidomojo semakin sedikit, karena banyak sebagian dari penerus lebih memilih bekerja di pabrik atau perkantoran, atau mereka lebih memilih peruntungan mereka untuk mencari pekerjaan di daerah perkotaan seperti di Surabaya.
            Apa yang dikerjakan petani dalam menggarap pertanian tidak sebanding dengan apa yang mereka terima, hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor mengapa jumlah petani desa Sidomojo semakin berkurang. Rata-rata petani berusia 50 tahun ke atas. Generasi penerus yang tak mau menjadi petani juga karena anggapan bahwa menjadi seorang petani tak akan bisa menggubah perekonomian mereka. Dengan usia mereka yang cukup tua pemenuhan kebutuhan pangan saja pada intinya mereka bisa makan itu sudah cukup. Nasib lebih baik lagi jika mereka masih memiliki saudara yang mau membantu mereka seperti meminjami uang pada mereka, memberikakn pekerjaan yang lain pada mereka, dan lain sebagainnya. Hal tersebut merupakan salah satu strategi bertahan hidup rumah tangga miskin dimana terdapat empat strategi yaitu (Harianto, 2016:669-696) mengatur pola makan, di mana konsep 4 sehat 5 sempurna hanya pada tataran pengetahuan saja tidak pada penerapannya, (2) Mengembangkan ekonomi subsisten, (3) Gali lubang tutup lubang dan (4) Ketergantungan pada bantuan. Salah satu upaya masyarakat desa untuk memperbaiki kehidupannya yaitu dengan memobilisasi. Yaitu mereka berpindah dari desa ke perkotaan untuk mencoba keberuntungannya, karena kita tau sendiri bahwasanya era modern saat ini lebih condong ke arah industrialisasi khususnya di perkotaan.

BAB 3
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
            Setiap petani memiliki upaya mempertahankan subsistensinya agar tidak tenggelam seperti pengibaratan Tawney yaitu manusia yang tenggelam dalam genangan air setinggi leher. Namun di era modern saat ini manusia lebih kritis dengan tidak puas seperti yang dikatakan Marx, manusia itu serakah yang orientasinya hanya untuk mensejahterakan dirinya, keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat desa yaitu dengan memobilisasi dirinya untuk mencari peruntungannya di kota-kota.

Daftar Pustaka
Harianto, Sugeng., dkk. 2014. Characteristic and Social Processes of Poverty Reduction in Rural Community: An Empirical Finding. (Diakses online. www.researchgate.net)
Harianto, Sugeng. 2016. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Miskin di Pedesaan. Surabaya: Unesa University Press.
Harianto, Sugeng. 2018. Relasi Orang Miskin dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. (Diakses online. www.researchgate.net)
Sadewo, FX Sri., dkk. 2015. Masalah-masalah Kemiskinan di Surabaya. Surabaya: Unesa University Press.
Sadewo, FX Sri., & Sugeng Harianto. 2018. Pembangunan Untuk Keluarga Miskin Kearifan Lokal dan Program Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat di Jawa Timur. Journal of ResearchGate.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIKIRAN KUHN DAN PLURALISME PARADIGMA

EVOLUSI, DIFUSI, ASIMILASI & AKULTURASI

Review Film 10,000 BC